photo Xe8ockMk_zpsicbw1p7f.gif

Jumat, 28 Juli 2017

Pada zaman pemerintahan Khalifah Syaidina Umar bin Khatab, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang. Baik pada saat beliau masih menjadi panglima Quraish, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang umat muslim. Beliau adalah Jenderal Khalid bin Walid.

Namanya harum dimana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan, "Hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Perang, hidup Pedang Allah yang Terhunus." Ya! .. beliau mendapat gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai Pedang Allah yang Terhunus.

Dalam suatu peperangan beliau pernah mengalahkan pasukan tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Padahal pasukan muslim yang dipimpinnya saat itu hanya berjumlah 46.000 orang. Dengan kejeliannya mengatur strategi, pertempuran itu bisa dimenangkannya dengan mudah. Pasukan musuh lari terbirit-birit.

Itulah Khalid bin Walid, beliau bahkan tak gentar sedikitpun menghadapi lawan yang jauh lebih banyak.

Ada satu kisah menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.

Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, "Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!"

Menerima khabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.

Sebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera bersiap menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.

Sesampai di depan Umar beliau memberikan salam, "Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat?"

"Walaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!" Jawab Khalifah.

"Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?"

"Kamu tidak punya kesalahan."

"Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?"

"Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik."

"Lalu kenapa saya dipecat?" tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.

Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, "Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah satu kalipun kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan. Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong''.

''Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa!"

Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar.

Sambil menangis beliau berbisik, "Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!"

Bayangkan …. mengucapkan terima kasih setelah dipecat, padahal beliau tak berbuat kesalahan apapun. Adakah pejabat penting saat ini yang mampu berlaku mulia seperti itu? Yang banyak terjadi justru melakukan perlawanan, mempertahankan jabatan mati-matian, mencari dukungan, mencari teman, mencari pembenaran, atau mencari kesalahan orang lain supaya kesalahannya tertutupi.

Jangankan dipecat dari jabatan yang sangat bergengsi, 'kegagalan' atau keterhambatan dalam perjalanan karir pun seringkali tidak bisa diterima dengan lapang dada. Akhirnya semua disalahkan, sistem disalahkan, orang lain disalahkan, semua digugat.....bahkan hingga yang paling ekstrim.... Tuhan pun digugat..

Kembali ke Khalid bin Walid, hebatnya lagi, setelah dipecat beliau balik lagi ke medan perang. Tapi, tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai bawahan, dipimpin oleh mantan bawahannya kemarin.

Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah dipecat. Lalu, ada diantara mereka yang bertanya, "Ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat."

Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, "Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah."

****************
Sebuah cuplikan kisah yang sangat indah dari seorang Jenderal, panglima perang, ''Pedang Allah yg Terhunus''

Kamis, 20 Juli 2017

Guna memastikan pelaksanaan MTQ ke-40 tingkat Kabupaten Tanah Laut di Kecamatan Tambang Ulang berjalan dengan aman dan lancar, Sat Sabhara Polres Tanah Laut yang dipimpin oleh KBO Sat Sabhara melaksanakan Sterilisasi dan Pengamanan lokasi tempat pelaksanaan kegiatan, Kamis (20/7/2017).
 
Kegiatan MTQ ke-40 tingkat Kabupaten Tanah Laut dilaksanakan di lapangan sepak bola depan Taman Labirin Tambang Ulang mulai tanggal 20 Juli 2017 s/d 22 Juli 2017. "kami sudah melaksanakan Sterilisasi, dan sudah dapat dipastikan tempat aman, tapi diharapkan untuk bersiaga dan kesiapan untuk tetap konsisten dalam pengamanan" ungkap KBO Sat Sabhara Ipda Mujiono.

Kabag Ops Polres Tanah Laut Kompol Fauzan Arianto, SH, S.Ik menghimbau kepada seluruh personil untuk tetap waspada dalam Pengamanan tersebut agar pelaksanaan MTQ ke-40 tingkat Kabupaten Tanah Laut dapat berjalan dengan aman dan lancar.

Semoga Bermanfaat Bagi Masyarakat.



Selasa, 18 Juli 2017


Pada hari Selasa tanggal 18 Juli 2017 bertempat di gedung Satya Brata Polres Tanah Laut telah dilaksanakan Pelatihan Diskresi Kepolisian yang dibuka oleh Waka Polres Tanah Laut Kompol Iwan Hidayat, S.Ik
Instruktur Pelatihan adalah Kabag Sumda Kompol Ibnu Yulianto, Kasat Intelkam AKP William.P, dan Kasat Sabhara AKP Riswiadi, S.Sos, M.Ap.
Peserta Pelatihan adalah para Babhinkamtibmas Polsek, dan masing masing Satfung sebanyak 5 orang.
Kasat Sabhara AKP Riswiadi, S.Sos, M.Ap selaku Instruktur menyampaikan materi pelatihan Diskresi Kepolisian yang memiliki wewenang atas pertimbangan moral dan hukum.serta Perkap 01 tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam tindakan Kepolisian. Yang sebelumnya juga sudah disampaikan kepada anggota Sat Sabhara Polres Tanah Laut.

Kasat mengatakan, Seluruh anggota Kepolisian agar melakukan tindakan yang tepat saat diberikan kewenangan diskresi dan harus tepat dalam mengambil keputusan, kalau kita bertindak terlalu berlebihan maka itu akan berakibat hukum ke kita baik internal maupun eksternal ke pidana. Sebaliknya kalau seandainya kita underestimate,salah, kurang tepat mengambil langkah, tidak menggunakan kewenangan yang ada pada kita, sehingga terganggu kepentingan publik, terganggu keselamatan diri dan orang lain.

Jadi setiap anggota harus mempunyai kemampuan yang baik dalam menganalisa suatu permasalahan yang ada di masyarakat. Kalau hal itu tidak dimiliki, akan berakibat fatal terhadap kepentingan publik. Dan juga jika anggota tidak memiliki kemampuan untuk menilai suatu peristiwa, tidak mampu untuk menentukan mengambil opsi tindakan dan tidak mampu mengambil keputusan apa yang tepat dan cepat dalam rangka menjaga ketertiban umum, kepentingan umum, keselamatan diri maupun orang lain, yang ada adalah bahwa kaki kanan di kuburan dan kaki kiri di penjara, seperti penembakan mobil satu keluarga di Sumatera Selatan oleh Polisi. Akibatnya polisi memberondong kearah mobil tersebut. Padahal mereka yang ada di dalam mobil itu hanya warga biasa.
Setiap anggota Polisi harus punya kemampuan untuk mampu menilai dan mengambil tindakan yang tepat, jika dirasa membahayakan diri sendiri dan masyarakat, petugas bisa melakukan tindakan tegas.

Kemudian AKP Riswiadi, S.Sos, M.Ap melanjutkan memberikan materi pelatihan tentang tahapan Peraturan Kapolri Nomor 1 tahun 2009 sbb : 
  1. Tahap I     : Different / Pencegahan.
  2. Tahap II    : Verbal / memberikan peringatan dengan lisan.
  3. Tahap III   : Pegangan tangan lunak.
  4. Tahap IV   : Pegangan tangan keras.
  5. Tahap V    : Dengan menggunakan alat (tongpol).
  6. Tahap VI   : Dengan menggunakan Senpi.
Selanjutnya Kasat Sabhara memerintahkan peserta pelatihan untuk melakukan peragaan mengenai Diskresi Kepolisian. Bagaimana jika terjadi suatu peristiwa tertentu dan apa yang harus dilakukan polisi, jangan sampai tindakan yang diambil berlebihan, dan jangan terlambat dalam merespon peristiwa tersebut. Bertindak berlebihan tidak boleh, bertindak terlalu kurang juga bisa jadi masalah.

Diharapkan para peserta pelatihan mampu dan mengerti tentang Diskresi Kepolisian serta Perkap 01 tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam tindakan Kepolisian

Selama kegiatan pelatihan berlangsung, berjalan dengan aman dan lancar.


Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

Social Icons

Featured Posts

Sponsor

Artikel Disarankan