photo Xe8ockMk_zpsicbw1p7f.gif

Kamis, 22 Desember 2016


Sejarah Bhayangkari Polda Kalimantan Selatan tidak dapat lepas dari kisah heroik Mathilda Batlayeri. Seorang istri Polisi yang gugur bersama ketiga anaknya dalam mempertahankan pos/asrama Polisi Kurau, Kabupaten Tanah Laut (dahulu Kewedanaan Tanah Laut).

Pada tahun 1950-an di Kalimantan Selatan terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Ibnu Hajar dengan nama Kesatuan Rakyat yang Tertindas (KRyT). Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) KRyT senantiasa melakukan teror dan penyerangan kepada kampung-kampung yang dilaluinya. Tak jarang terjadi penghadangan dan penyerangan terhadap patroli-patroli tentara dan Polisi dengan tujuan merebut senjata sebanyak-banyaknya. Bahkan GPK KRyT tak segan untuk menyerang pos dan asrama militer/polisi.

Pada Rabu, 28 September 1953, dini hari, gerombolan KRyT menyerangan pos/asrama Polisi Kurau yang termasuk wilayah terdepan, mengingat wilayah Kurau merupakan Basis pertahanan GPK KRyT. Dalam penyerangan tersebut, kekuatan GPK KRyT mencapai 50 orang yang dipimpin Suwardi. Mereka bersenjata api yang terbilang modern pada saat itu dan beberapa memakai senjata tajam.

Serangan mendadak di ambang fajar tersebut hanya dihadapi oleh lima orang anggota Polisi bersenjata dan seorang Bhayangkari menggunakan senjata jenis moser milik suaminya. Bhayangkari tersebut adalah Mathilda Batlayeri, yang melibatkan diri dalam pertempuran dikarenakan melihat kekuatan anggota Polisi yang tidak berimbang dalam pertempuran tersebut.

Suami mathilda Batlayeri, AP II (Agen Polisi II) Adrianus Batlayeri, saat pertempuran terjadi sedang mengambil air di sumur, namun karena posisinya yang tidak memungkinkan untuk kembali ke Pos/Asrama, maka Adrianus tidak dapat terlibat dalam pertempuran.

Dalam pertempuran tersebut, GPK KRyT mengalami kesulitan untuk melumpuhkan kekuatan Pos/Asrama Polisi Kurau. Bahkan Suwardi, pemimpin penyerangan, yang konon memiliki ilmu kebal, tertembak oleh Mathilda Batlayeri. Namun, tetap saja pertempuran tidak seimbang. Satu persatu kusuma bangsa berguguran, termasuk ketiga anak dari Mathilda Batlayeri.

Anak Mathilda yang tewas yaitu Alex (9 thn) & lodewijk (6 thn) yang tewas di kamar asrama Polisi, yang mereka tempati dan Max (2,5 thn) tewas di pelukan ibunya. Melihat ketiga anaknya telah tewas, membuat semangat tempur Mathilda Batlayeri, seorang Bhayangkari semakin berkobar, akan tetapi setelah bertempur kurang lebih satu setengah jam, akhirnya Mathilda Batlayeri gugur sebagai kusuma bangsa bersama janin yang sedang dikandungnya. Setelah tidak ada perlawanan lagi dari pihak Polisi, maka GPK KRyT membumihanguskan Pos/Asrama Polisi Kurau. Jenazah Mathilda dan ketiga anaknya turut terbakar dalam kobaran api tersebut.

Semangat juang dan pengabdian yang tiada terkira Mathilda Batlayeri menjadi hal yang patut dihormati dan dikenang. Untuk jasa-jasanya tersebut, atas perintah Kadapol XIII Kaltengsel brigjend Pol. Drs. Moch. Sanusi (Mantan Kapolri periode 1987-1991), pada 13 Agustus 1983 dibangun “Monumen Bhayangkari Teladan Mathilda batlayeri” di Kurau dan selesai di kerjakan pada 15 Oktober 1983. Kemudian bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 1983, monument tersebut diresmikan oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Bhayangkari Ny. Anton Soedjarwo (isteri Kapolri Jenderal Polisi Anton Soedjarwo, periode 1982-1987).

Pada bagian depan Monumen Bhayangkari Teladan Mathilda Batlayeri terukir tulisan yang berbunyi, “KEPADA PENERUSKU, AKU BHAYANGKARI DAN ANAK-ANAKKU TERKAPAR DI SINI, DI BUMI KURAU YANG SUNYI, SEMOGA PAHATAN PENGABDIANKU MEMBERI ARTI PADA IBU PERTIWI”.







(Monumen Bhayangkari Teladan Mathilda Batlayeri)

SUMBER :
Buku Waja Sampai Kaputing
Profil Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan

Rabu, 21 Desember 2016

Dalam rangka kunjungan Kapolri beserta Ibu Ketua Umum Bhayangkari ke Kecamatan Kurau Kabupaten Tanah Laut, Anggota Sat Sabhara Polres Tanah Laut bersama warga masyarakat melaksanakan gotong royong membersihkan mesjid Raudhatur Ridhwan desa Padang Luas Kecamatan Kurau, Rabu (21-12-2016) pagi.

Kegiatan gotong royong tersebut dipimpin oleh Kasat Sabhara AKP Riswiadi, S.Sos, M.Ap bersama anggota Sat Sabhara Polres Tanah Laut dan warga masyarakat desa Padang Luas Kecamatan Kurau membersihkan sampah sampah dan membuangnya ke Tempat Pembuangan Sampah, kemudian dilanjutkan menghampar batu di halaman muka dan samping Mesjid Raudhatur Ridhwan desa Padang Luas.

Dengan kegiatan gotong royong ini diharapkan bisa saling berinteraksi dan memperkuat tali silaturrahmi antara Polri dengan warga masyarakat yang ada di desa Padang Luas Kecamatan Kurau.

Semoga Bermanfaat Bagi Masyarakat.



Senin, 12 Desember 2016

Hujan yang turun sejak beberapa hari ini di Kabupaten Tanah Laut khususnya di Kecamatan Pelaihari membuat beberapa desa yang berada di bantaran sungai dan dataran rendah menjadi waspada, karena di jalan Atilam Kelurahan Pabahanan dan desa Kunyit telah ada yang terkena dampak luapan sungai yang menghubungkan dari Bajuin menuju Tabanio. (Senin, 12-12-2016).
 
Kasat Sabhara dan anggotanya sudah melakukan antisipasi demi menghindari hal hal yang tidak diinginkan terjadi. Seperti memberikan himbauan kepada warga agar tetap waspada dan siaga apabila terjadi hujan deras, dan untuk Sat Sabhara Polres Tanah Laut sudah menyiapkan perahu karet apabila sewaktu waktu diperlukan.
Apabila kondisi sudah tidak memungkinkan dihimbau kepada warga agar untuk sementara waktu mengungsi ke rumah saudara atau tetangga yang mungkin lebih aman.
Kegiatan patroli ke daerah rawan terkena banjir yang dilakukan oleh Sat Sabhara adalah sebagai bentuk sikap tanggap dan tanggung jawab sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat apabila bencana yang sewaktu waktu bisa terjadi. Dan kepada warga dihimbau untuk cepat lapor ke aparat Pemerintahan dari tingkat Rt, Rw, Kelurahan  ataupun ke anggota Polri dan TNI yang terdekat apabila di daerahnya debit air mengalami kenaikan lagi.

Jumat, 02 Desember 2016

Objek Wisata Pantai Batakan Pelaihari terletak di sebelah selatan dengan jarak 40 Km dari kota Pelaihari, Kalimantan Selatan. Meskipun terbilang baru, pantai ini cukup ramai dikunjungi pada akhir pekan dan hari-hari libur lainya. Sebagai salah satu tempat objek wisata andalan. Pemerintah daerah setempat mengelola Objek Wisata Pantai Batakan Pelaihari ini secara serius. Hal ini terbukti dengan telah dibangunnya fasilitas pendukung. 
Objek Wisata Pantai Batakan Pelaihari memiliki hamparan pasir putih tempat Anda berjemur, berenang, atau bermain voli pantai. Ombak di pantai Batakan Pelaihari ini relatif kecil sehingga aman jika Anda ingin berenang di bibir pantai. Di pantai ini juga tersedia jasa perahu motor dan kuda yang dapat dipergunakan untuk menyusuri pantai. 
Setelah puas menikmat keindahan Objek Wisata Pantai Batakan Pelaihari, Anda dapat mengunjungi pulau datu yang terletak di lepas pantai. Pulau tersebut sering dikunjungi orang yang ingin berziarah ke makam Datu Pamulutan, seseorang ulama di kabupaten Tanah Laut yang semasa hidupnya gemar sekali menangkap burung dengan pulut (getah). Dan pada sore hari, Anda dapat menunggu saat-saat matahari tenggelam sambil bersantai di pondok, shelter, dan warung yang terdapat di Objek Wisata Pantai Batakan Pelaihari. 
Keberadaan Objek Wisata Alam Indonesia ini semangkin lengkap dengan digelarnya ritual nelayan pada bulan Juli atau Agustus setiap tahun. Ritual yang dilakukan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan bagi nelayan tersebut dilakukan di Papadangan, sebuah tempat yang berjarak 1,5 km dari Objek Wisata Pantai Batakan Pelaihari. 
Dikawasan Objek Wisata Pantai Batakan Pelaihari terdapat pasar, toko, dan warung yang menyediakan berbagai kebutuhan, seperti makanan, minuman, isi ulang pulsa, dan perlengkapan memancing. Jika Anda ingin menginap, Anda dapat menyewa cottage, wisma, dan homestay yang terdapat dikawasan sekitar pantai ini. Di kawasan tersebut juga tersedia lahan perkemahan yang luas dan aman.

Air Terjun Bajuin ini terletak di Desa Sungai Bakar, Kecamatan Pelaihari yang berjarak sekitar 10 km dari Ibu Kota Kabupaten Tanah Laut dan sekitar 75 km dari Banjarmasin. 

Air terjun Bajuin memiliki panorama pegunungan yang indah, eksotik, dan udaranya pun masih sangat sejuk karena banyaknya pepohonan. Di kawasan ini terdapat tiga air terjun dengan ketinggian yang berbeda, dikarenakan alamnya yang masih asri dan alami. 

Di sini juga terdapat beberapa jenis burung dan tanaman anggrek hutan, serta bunga bangkai. Air Terjun Bajuin berada di kawasan pegunungan Maratus. 

Kawasan ini dikembangkan menjadi ekowisata alam seperti traking, climbing, hiking. Meskipun objek wisata ini memiliki area parkir yang luas namun sayangnya belum tersedia fasilitas yang memadai seperti banyaknya jalan rusak. Oleh karena itu untuk menuju objek wisata ini masih sangat sulit, namun pemerintah setempat sedang melakukan perbaikan. Di kawasan ini juga terdapat telaga alam batuah yang tidak jauh dari area parkir. 
Air Terjun Bajuin 

Goa Marmer
Dekat dari objek wisata ini terdapat objek wisata lain yaitu Goa Marmer yang hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit dengan berjalan kaki. 

Goa ini dinamakan Goa Marmer karena keunikannya yaitu dinding goa banyak terdapat batu marmer yang biasa digunakan untuk ubin rumah dan bentuk atas goa seperti kubah masjid, di dalam goa juga terdapat kehidupan binatang malam yakni kelelawar. 

Untuk para pecinta wisata alam dijamin tempat ini memberikan tantangan sekaligus keindahan yang tidak akan dijumpai di daerah manapun.

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

Social Icons

Featured Posts

Sponsor

Artikel Disarankan